Keluarga Flood: Tetangga Culun



Keluarga Flood: Tetangga Culun

Judul Asli: Te Floods #4:

Penulis: Colin Thompson

Penerjemah: Ferry halim

Penyunting: Indah Nurchaidah

Penerbit: Atria

Cetakan: I, Januari 2009

Tebal: 218 hlm



“Kalau kamu belum membaca ketiga buku Keluarga Flood yang pertama, kamu mungkin merasa seperti pencundang sejati, yang tentu saja memang benar. Namun, hari ini merupakan hari keberuntunganmu karena ada cara untuk berhenti menjadi pecundang dan mulai menjalani hidup secara utuh serta fantastis. Yang perlu kamu lakukan hanyalah membaca ketiga buku Keluarga Flood yang pertama.”

(Colin Thompson –Tetangga Culun hlm 1)



Dari ke empat buku Keluarga Flood yang telah terbit, ini adalah seri favorit saya. Ceritanya tidak segelap buku - buku sebelumnya. Di sini juga tidak lagi menggambarkan sisi gelap Keluarga Flood. Malah sebaliknya. Lihat saja bagaimana sikap Morodonna dan Betty pada tetangga baru mereka.



Keluarga baru itu pindah ke Acacaia Avenue nomor 19. Keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dua orang anak. Dari hasil pengamatan Mordonna dan Betty dari jauh maupun dekat mereka terlihat sangat culun dan membosankan. Namun begitu mengetahui bahwa salah satu anak perempuan itu seusia dengan Betty, keluarga itu tiba – tiba menjadi sangat menarik. Betty memang telah lama menunggu seseorang yang seusianya yang dapat diajak bermain



Setelah puas melakukan pengamatan diam – diam, Mordonna dan Betty pun memulai kunjungan pertama mereka ke rumah tetangga baru mereka. Keluarga baru itu bernama Keluarga Hulbert. Sedangkan anak perempuan yang seusia dengan Betty bernama Ffiona. Dari hasil penjelasan Mrs Hulbert, ternyata ada sejarah dibalik nama Ffiona. Untuk saja hal yang sama tidak terjadi pada Claude, adik bayi laki – lakinya.



Sementara Mordonna menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Mrs Hulbert, Ffiona mengajak Betty bermain di kamarnya. Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk menjadi akrab. Cerita demi cerita bahkan yang rahasia sekali pun mengalir dari keduanya.



Dari cerita Ffiona, Betty tahu alasan mengapa keluarga mereka pindah ke Acacia Avenue. Salah satunya adalah hal – hal buruk yang terjadi pada Ffiona di sekolahnya dulu. Bukan hanya sekali tapi berkali – kali. Sedangkan dari cerita Betty, ia tahu bahwa Keluarga Flood adalah keluarga penyihir.



Hari demi hari mereka berdua semakin akrab. Tidak hanya menunjukkan kekuatan sihir yang sayangnya lebih banyak gagal, Ffiona pun diajak berkenalan dengan seluruh anggota Keluarga Flood yang lain. Ffiona benar- benar disambut dengan baik. Bahkan menarik perhatian dua anak kembar Flood.



Sampai ketika waktu masuk sekolah tiba. Hari pertama yang selalu menyisakan trauma bagi Ffiona. Betty yang merasakan ketakutan sahabatnya, berjanji tidak akan membiarkan satu orang pun menyentuhnya.

Di lain pihak, hari pertama sekolah ternyata disambut baik biang kerok yang paling terkenal di Sekolah Sunnyview, Bridie McTart, mulai bertingkah. Bridie Mc Tart memang tak mengganggu Betty, tapi sayangnya tidak benar – benar membuka matanya, korban yang dipilihnya kali ini adalah Ffiona. Sehingga saat Bridie mulai bertindak, balasan setimpal pun dalam sekejap didapatkannya.



Tidak hanya Ffiona, masalah –masalah yang dihadapi Mr dan mrs Hulbert pun diatasi dengan mudah. Tentu saja dengan sedikit bantuan sihir Keluarga Flood. Sehingga kini tidak ada lagi kata culun ataupun membosankan. Bagaimana perubahan Keluara Hulbert? Tentunya hanya bisa terjawab ketika membaca buku ini dari awal sampai akhir.



Seperti warna sampul yang sangat cerah, buku ini juga berakhir dengan hal – hal yang menyenangkan. Senang rasanya membaca buku Keluarga Flood kali ini.



Satu yang menarik perhatian saya dari buku ini adalah kalimat – kalimat Pak Colin mengenai Belgia. Banyak di dalam bab – bab di buku ke empat ini yang menuliskan betapa ia tidak menyukai negara yang satu ini. sayangnya hingga saat ini tidak ada keterangan yang dapat menceritakan mengapa penulis nyentrik ini membenci neara yang beribu kota Brussel itu. Sebenarnya bukan kali ini saja, di buku – buku sebelumnya juga seperti itu. Sayang di website miliknya juga tidak ada keterangan apapun. Mungkin ada alasan tertentu yang tidak dapat diungkap ke publik. Entahlah.

Keluarga Flood: Asal Usul Keluarga Flood



Keluarga Flood: Asal Usul Keluarga Flood

Judul Asli: The Floods#3: Home & Away

Penulis: Colin Thompson

Penerjemah: Ferry Salim

Penerbit: Atria

Cetakan: II, Agustus 2007

Tebal: 246 hlm



Kali ini Pak Collin, sang penulis sekaligus narator mengajak kita ke masa lalu Keluarga Flood. Dari latar belakang kehidupan Mordonna dan Nerlin, bagaimana mereka bertemu , jatuh cinta, menikah , memiliki anak-anak yang aneh sampai akhirnya pindah ke Acacia Avenue nomor 13.



Walau hidup sebagai ibu rumah tangga di lingkungan yang biasa – biasa saja, ternyata dulunya Mordonna adalah seorang putri dari kerajaan Transylvania Waters. Ayahnya adalah seorang Raja yang sangat berkuasa. Tidak seorang pun yang berani menentang perintah Raja Nombre – Sept-A-Quatorze kecuali kalau mereka mau kehilangan nyawa.



Hidup sebagai putri ternyata tidak menyenangkan bagi Mordonna. Tidak ada kebebasan baginya. Oleh Raja Quatorze, Mordonna ditawan di sebuah kastil yang seluruh gerbangnya dikunci dan dijaga dua Cyclops (raksasa bermata satu). Mordonna menjadi sangat kesepian.



Mengapa sampai ayahnyasendiri tega melakukan hal tersebut? Tidak lain karena Raja Quatorze tidak ingin Mordonna bertemu dengan pria-pria yang tidak memiliki apa – apa. Raja Quatorze memang serakah. Ia hanya menginginkan harta milik menantinya. Sehingga wajar saja kalau Raja menyewa banyak agen untuk menemukan Pangeran kaya raya. Mordonna dibuat kesal karenanya. Sayang ibunya, Ratu Scratchrot tidak dapat berbuat banyak untuk menghentikan ambisi suaminya.



Tidak banyak yang dilakukan oleh Mordonna untuk lepas dari semua belenggu itu, sampai suatu hari. Dengan bantuan Leach, burung bangkai raksasa yang peliharaannya sejak kecil, Mordonna dibawanya keluar istana menuju sebuah jalan setapak di belakang sederetan gubuk. Disuruhnya Mordonna menggali tanah. Awalnya mordonna menolak, namun karena tahu bahwa itu satu – satunya jalan untuk melarikan diri, tanpa mempedulikan kukunya, Mordonna pun memulai penggalian.



Entah berapa lama waktu yang dihabiskan Mordonna untuk menggali. Yang jelas tanah di bawah kakinya tiba – tib aruntuh dan ia jatuh ke lubang gelap dan dalam. Bukan kebetulan, di dasar lubang yang sama, ternyata Nerlin muda sedang membersihkan saluran air. Tak butuh waktu lama untuk membuat Nerlin jatuh cinta pada Mordonna yang saat itu adalah penyihir paling cantik di Transylvania Waters.Bak gayung bersambut, Mordonna pun ternyata merasakan hal yang sama.



Sayangnya Nerlin bukanlah pangeran yang dicari-cari oleh Raja Quatorze. Sehingga Mordonna tahu bahwa kisah cinta mereka tidak akan pernah mendapat restu dari beliau. Sehingga satu – satunya cara adalah melarikan diri ke suatu tempat yang jauh.. Walau tahu penuh resiko, namun keduanya sepakat untuk menjalani kehidupan mereka berdua. Perjalanan jauh yang benar- benar melelahkan.



Mengetahui semua hal yang dilakukan Mordonna, Raja Quatorze menjadi sangat murka. Mata –mata paling kejam di dunia pun dipanggilnya untuk memulai pengejaran.



Rasanya menyenangkan membaca rahasia – rahasia masa lalu Keluarga Flood.Bahkan proses kelahiran Valla sampai Betty terungkap di sini. Sampai pemilihan tempat tinggal mereka di Acacia Avenue pun ternyata memiliki alasan tertentu.



Satu hal yang baru dibuku ini adalah saya mulai bisa tersenyum bahkan tertawa kecil ketika membaca bab – bab di buku ini. selera humor Pak Collin kali ini sedikit lebih baik.

Sejuta Warna Dunia Mia



Sejuta Warna Dunia Mia

Judul Asli: A Mango Shape Space

Penulis: Wendy Mass

Penerjemah: Ferry Halim

Penerbit: Atria

Cetakan: I, Desember 2008

Tebal: 354 hlm



Spoiler Alert!!!



Semua orang mungkin memiliki keanehan yang tidak disadarinya. Setidaknya aneh menurut orang – orang yang menganggap dirinya normal.



Sebelumnya Mia juga menganggap dirinya normal. Setidaknya Mia tidak mengganti warna rambutnya setiap minggu seperti kakaknya Beth, ataupun Zack yang selalu memiliki gagasan- gagasan aneh seperti menghitung jumlah hamburger McDonalds yang dimakannya seumur hidup, percaya bahwa menaruh kucing di pangkuan akan membawa keberuntungan ataupun beberapa hal takhyul lainnya. Sampai suatu hari, di usia delapan tahun, Mia menyadari ada sesuatu yang aneh pada dirinya.



Namun hal itu tak diceritakan pada siapapun. Karena siapa yang percaya bahwa ada warna – warna yang muncul pada setap angka dan huruf yang dilihatnya ataupun pada suara yang didengarnya. Tidak ada yang percaya bahwa huruf a berwarna sekuning bunga matahari,warna biru seperti selimut bayi yang terpancar dari angka empat, ataupun suara kucingnya Mango yang berwarna soda jeruk. Rahasia itu tetap disimpannya seorang diri. bahkan pada sahabatnya sejak kecil, Jenna.



Sebenarnya Mia pernah menceritakan hal ini pada orang tuanya ketika insiden kecil terjadi di kelas mate-matika. Namun Ayah dan Ibunya menganggap Mia hanya mengarang semua cerita dan hanya berhalusinasi.

Setelah lima tahun berlalu sejak kejadian memalukan di kelas, Mia tidak juga menemukan jawaban untuk misteri warna – warna yang dilihatnya. Sebenarnaya Mia menikmati semua perpaduan warna – warna yang dilihatnya. Walau sering kali Mia merasa dirinya gila.



Semuanya tersimpan rapat sampai nilai mate-matika Mia di kelas delapan semakin buruk. Tidak hanya mate-matika sebenarnya, ia juga menemui kesulitan yang sama di pelajaran bahasa Spanyol. Semua terlihat begitu sulit baginya. Mia sadar ia tak dapat menyimpan keanehannya lebih lama. Ia harus menceritakan pada Ayah dan Ibunya, walau tahu mereka berdua pasti akan sulit untuk menerima semua kenyataan ini.



Seperti yang diduga Mia, kedua orang tuanya terkejut mendengar semua pengakuan Mia. Tanpa menunggu lama, mereka pun mengunjungi dokter keluarga, Psikiater sampai akhirnya seorang ahli syaraf Berita baiknya Mia dan keluarganya tidak perlu terlalu khawatir karena Mia tidak mengidap tumor otak seperti yang dicurigai ibunya. Sayangnya, hal buruk terjadi ketika akhirnya Mia menceritakan semuanya pada Jenna, yang juga akhirnya menceritakan kepada orang lain sampai akhirnya seluruh sekolah tahu tentang warna – warna yang dilihat Mia. Tidak menutup kemungkinan gelak tawa mengejek yang didengarnya di kelas tiga akan terulang.

Keanehan pada Mia, Beth ataupun Zack membuat saya teringat masa kecil. Tepatnya pada koleksi – koleksi aneh yang hanya dianggap sampah oleh mama. Setiap orang mungkin memang punya keanehan masing – masing.

Satu hal yang paling menarik dari kisah Mia adalah kemampuan melihat warna- warna itu nyata. Di luar sana, benar- benar ada orang yang bisa melihat warna- warna dari angka, huruf, suara. Walau warna- warna yang dilihat setiap orang akan berbeda.



Rasa tidak tepat untuk menyebutnya sebagai kelainan. Sebaliknya saya malah cenderung menyebutnya kelebihan. Karena diantara mereka bisa melihat aura yang ada disekitar tubuh seseorang. Hal ini yang membuat saya sedikit iri. Karena sampai sekarang, warna – warna itu tidak juga terlihat. Walaupun saya telah mencoba berkali – kali dengan berpatokan pada dua buku panduan sekaligus. Namun hasilnya nihil. Padahal semua penulisnya memastikan cara yang mereka ajarkan ini adalah cara paling jitu. Atau mungkin saja saya memang tidak berbakat. Tapi setidaknya harus tetap bersyukur karena bisa menikmati dunia yang penuh warna ini.



Sebenarnya ada istilah ilmiah untuk kelainan(baca:kelebihan) yang dialami Mia dan beberapa orang di luar sana. Namun saya sengaja tidak mau menuliskannya di sini. Ingin tahu apa itu? Buka bukunya dan temukan jawabannya di sana.



Walau tidak sekeren Anastasia Krupnik, seunik Grace Aja, selugu Alice McKinley, kelainan Mia bisa dibilang menarik. 3.5/5

Cosmo and The Magic Sneeze



Cosmo and The Magic Sneeze

Judul Indonesia: Cosmo dan Bersin Ajaib

Penulis: Gwyneth Rees

Penerjemah: Dini Pandia

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: I, September 2008

Tebal: 192 hlm



Satu lagi buku yang bercerita tentang kucing. Kali ini sedikit istimewa karena kucing kali ini adalah kucing penyihir. Kucing penyihir yang tidak hanya mendampingi para penyihir saat naik di sapu terbang, tapi kucing yang membantu mereka menyiapkan ramuan ajaib. Ramuan yang dibuat para penyihir kwbanyakan membuukan bersin kucing untuk membuatnya berkhasiat. Sayangnya tidak semua kucing memiliki darah penyihir didalam tubuhnya. Untuk mengetahuinya, ia harus dites terlebih dahulu



Adalah Cosmo, anak kucing yang berusia enam bulan, menjadi sangat gugup karenanya. Ya, hari itu Cosmo akan menjalani satu tes yang menentukan apakah dirinya adalah seekor kucing penyihir seperti ayahnya,Mephisto. Sebenarnya ia tidak perlu serisau itu jika ibunya adalah seorang penyihir. Sayangnya India, ibu Cosmo, hanyalah seekor kucing putih biasa, yang saat itu juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan anaknya. Ia tidak ingin mengecewakan suaminya.



Beruntung, ketika tes dilakukan oleh Sybil, penyihir yang selama ini menjual ramuan dengan bantuan Mephisto, menunjukan bahwa Cosmo adalah kucing penyihir dengan persentase delapan puluh persen. Tidak hanya Cosmo dan India, Mephisto pun ega mengetahui hasilnya. Terlebih lagi Sybil, ia bakan bersorak gembira. Karena kini ia tidak hanya punya satu kucing tapi dua kucing penyihiri sekaligus.



Walau telah resmi menjadi kucing yang akan membantu Sybil dengan bersinnya, namun Cosmo tidak merasakan rasa nyaman ketika berada di dekat wanita yang penampilannya memang mengerikan. Setidaknya ia ingin bisa bekerja seperti ayahnya yang dengan tenangnya mengerjakan semua yang diinginkan Sybil.



Sebenarnya, yang dirasakan oleh Cosmo ada benarnya. Karena Sybil memang bukan penyihir yang baik. Sebaliknya Sybil adalah penyihir yang jahat, kejam, culas dan licik. Tidak jarang, ramuan yang dibuatnya digunakan untuk menipu para pelanggannya. Beruntung ada para penyihir pengawas yang selalu memperhatikan tindak tanduk Sybil sehingga semua kecurangannya bisa ditekan.



Suatu hari kekhawatiran Cosmo semakin besar, ketika ia mengetahui bahwa Sybil sedang membuat ramuan rahasia berdasarkan petunjuk yang didapatkan dari ibunya, Euphemia, penyihir yang jauh lebih jahat. Cosmo dibantu oleh ibunya dan sahabatnya Mia mencoba menyelidiki apa yang hendak dibuat oleh Sybil. Semuanya benar- benar membuatnya bingung sampai suatu hari ia melihat kardus yang berisi banyak anak kucing.



Pertanyaan demi pertanyaan Cosmo kini terjawab. Sybil ternyata akan menggunakan anak kucing dalam ramuan rahasianya. Bahkan Sybil pun dengan lantang mengatakan tidak akan segan – segan menggunakan Cosmo. Anak kucing kecil itu mulai panik. Bagaiman amungkin Sybil berkata demikian, padahal semua orang tahu bahwa para penyihir tidak diperbolehkan menyakiti kucing penyihir, jika tidak ingin lenyap menjadi asap.



Walau bukan buku pertama yang menuliskan tentang kucing penyihir, namun ini pertama kalinya sang kucing penyihir dijadikan karakter utama. Ilustrasinya juga lucu. Melihat ilustrasi itu, saya dibuatnya rindu untuk mengelus kucing lagi. Punya kucing memang menyenangkan, walau mereka bukan kucing penyihir sekalipun. Di buku ini ternyata untuk memahami bahasa kucing, penyihir juga harus belajar. Tidak seperti Sabrina, The Teenage Witch, yang sejak pertama kali sadar bahwa ia penyihir bisa langsung mengerti bahasa kucing. Apa karena kucingnya yang pintar sampai ia bisa bicara bahasa manusia? Entahlah. Yang jelas kucing – kucing penyihir di buku ini jauh lebih pintar dari kucing ungu milik Hermione, Crookhanks. Yang hanya diam seribu bahasa. Hihihi...

Rasanya tidak sabar memiliki buku – buku yang bercerita tentang kucing lagi.

Model Artis Terseksi

Info Wanita

Galeri Foto Artis

Wanita Idola