Dead Until Dark
Penulis: Charlaine Harris
Penerjemah: Pujia Pernami
Editor: Alika Chandra & Ary Nilandari
Penerbit: Kantera
Cetakan: I, 2010
Tebal: 402 hlm
Satu lagi buku yang bercerita tentang vampir. Berbeda dengan buku yang juga mengangkat tema yang sama, keberadaan mahkluk malam penghisap darah ini tidak lagi menjadi momok yang menakutkan. Sebaliknya mereka dengan mudah masuk dan berbaur dalam kehidupan manusia. Semua itu dikarenakan satu penemuan muktahir di Jepang berupa darah sintetis. Yang memungkinkan para vampir bertahan hidup tanpa harus menjadikan manusia sebagai mangsa mereka.
4 tahun sudah sejak darah sintetis itu dijual bebas di pasaran. Para vampir bebas berkeliaran. Selama itu pula Sookie Stackhouse kedatangan seorang vampir di kotanya, Bon Temps.
Siapa Sookie?
Wanita muda cantik yang menjadi tokoh utama di buku ini. Ia memutuskan meninggalkan bangku sekolah dan kini bekerja sebagai pelayan di Bar Merlotte. Dari luar Sookie nampak seperti perempuan berambut pirang lainnya. Walau sebenarnya ia jauh lebih cerdas dari apa yang orang –orang pikirkan. Toh hampir semua orang telah menyisipkan kata “gila” menjadi nama tengahnya.
Semua itu hanya karena kelebihan yang lebih sering disebutnya kelainan yang ia miliki.Sookie dengan mudah mengetahui apa saja yang terlintas dibenak orang lain. Di luar sana mungkin banyak yang berpikir bahwa hal itu merupakan sesuatu yang hebat. Namun tidak demikian dengan Sookie. Ia bahkan berharap tak pernah memilikinya. Karena kelebihan ini lebih sering membuat merasa kelelahan. Bagaimana tidak, Sookie harus berusaha keras untuk menghalangi setiap suara dari pikiran orang lain yang biasanya datang seperti serangan bertubi-tubi.
Tak hanya itu, kemampuannya ini berdampak besar di kehidupan sosialnya. Cap “gila” yang dibubuhkan padanya,jangankan berkencan, teman dekat pun Sookie tak punya. Beruntung masih ada segelintir orang yang tidak berpikiran seperti kebanyakan orang di kota itu. Adalah Adele, neneknya dan Sam, bos pemilik Bar Merlotte’s.
Mimpi yang menjadi nyata
Tak ada pertanda khusus yang didapatkan Sookie, saat seorang pria melangkahkan kakinya di Merlotte’s malam itu. Tak butuh waktu lama bagi Sookie untuk mengetahui bahwa pria berwajah sangat pucat itu adalah vampir.
Keberuntungan nampaknya mengelilingi wanita bermata biru ini. Karena vampir itu memutuskan untuk duduk di meja yang menjadi tanggung jawabnya. Satu hal yang membuatnya nyaris memeking girang adalah ketika mengetahui pikiran pria itu tak dapat dibacanya. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri sekaligus kenyataan yang membuat Sookie ingin mengenal lebih jauh pria yang mengenalkan dirinya sebagai Bill Compton.
Bersamaan dengan itu,peristiwa pembunuhan terjadi di Bon Temps. Tak hanya satu, dua, tiga, tapi empat pembunuhan terjadi. Tak banyak bukti yang membuat para warga Bon Temps menjadi tersangka. Namun Sherrif dan seorang detektif mulai membuat list orang –orang yang patut dicurigai. Yang membuat Sookie sangat terkejut adalah ketika mengetahui orang-orang terdekatnyalah yang masuk dalam list tersebut.
Tak tinggal diam, Sookie berusaha untuk mencari tahu siapa sebenarnya pelaku pembunuhan yang membuat teror berkepanjangan bagi setiap warga Bon Temps ini. Walau membuatnya harus melibatkan diri ke tempat-tempat yang cukup berbahaya. Tidak hanya harus berpacu dengan waktu, ia juga harus ekstra hati-hati, karena tidak menutup kemungkinan pelaku juga mengincar dirinya.
~~
Seru! Satu kata untuk buku ini. Tak terasa buku dengan jumlah 402 halaman itu selesai begitu saja. Walau cover buku ini sedikit membuat saya kecewa begitu melihatnya pertama kali, tapi tidak mengurangi asyiknya kisah buku tentang vampire yang satu ini. Tak heran jika HBO akhirnya mengadaptasinya menjadi serial tv dengan judul True Blood.
Rasanya tak sabar menunggu buku kedua. Walau tidak lagi diterbitkan oleh penerbit Kantera, saya berharap hasil terjemahan buku berikutnya tidak kalah dengan buku pertama.
0 komentar:
Posting Komentar